Generasi Emas 2045 Indonesia di tahun 2045, 31
tahun lagi, dari berbagai sumber dikatakan memiliki “bonus” demografi yang
terus berlanjut dan akan berkontribusi atau sebaliknya berbencana pada berbagai
sektor. Salah satu kontribusi bonus tersebut adalah pada sektor pertumbuhan
ekonomi yang akan mengalami masa kejayaan, seperti ungkapan bahwa “In 2045
Indonesia better than Brazil and China” (Sugiharto, 2012). Bonus demografi di tahun
2045 akan berkontribusi atau berbencana menjadi semakin nyata, tergantung
bagaimana kita menyiapkan generasi saat ini yang 31 tahun lagi akan pengisi era
itu. Jika dimulai saat ini, 2013/2014, maka merekalah yang pada saat itu
berusia 30 hingga 40 tahun yang disebut mencapai usia produktif, generasi emas.
Harapan terhadap generasi emas 2045 merupakan jawaban terhadap fenomena
Paradok-sial tentang Indonesia. Fenomena ini dikemukakan oleh Prof. BJ Habibie
pada Silaknas di Kendari pada tahun 2011 (Sugiharto, 2012), bahwa:
a)
Kita kaya tapi miskin, yaitu SDA melimpah tapi miskin penghasilan,
b)
Kita besar tapi kerdil, amat besar wilayah dan penduduknya tapi kerdil dalam
produktivitas dandaya saing,
a) Kita kuat tapi lemah, kuat dalam anarkisme
tapi lemah dalam tantangan global, dan
b)
Kita indah tapi buruk, indah dalam potensi dan prospeknya namun buruk dalam
pengelolaannya. Mengapa demikian, menurut beliau, karena kita terjangkit
“Penyakit Orientasi” yang lebih:
1)
mengandalkan SDA ketimbang SDM,
2)
berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang,
3)
mengutamakan citra daripada karya nyata,
4)
melirik makro daripada mikro,
5)
mengandalkan cost added daripada value added,
6)
berorientasi pada neraca pembayaran dan perdagangan daripada neraca jam kerja,
7)
menyukai jalan pintas, (korupsi, kolusi, penyelewengan dsb.) daripada kejujuran
dan kebajikan,
8)
menganggap jabatan (power) sebagai tujuan daripada sebagai sarana untuk
mencapai tujuan (power centered rather than accountable/amanah) Kesialan atau
keuntungan yang akan kita hadapi tidak dapat dihindari atau diraih tanpa usaha
keras.
Nasib
sial bangsa ini tidak akan berubah tanpa bangsa ini sendiri berusaha untuk
mengubahnya. Kita wajib menghindari sial untuk meraih untung dengan mengubah
pandangan kita terhadap bonus demografi menjadi sebuah tantangan. Untuk
menghadapi tantangan 2045, Sugiharto (2012) menawarkan delapan langkah, yaitu:
(a)
Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan Ekstrim
(b)
Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
(c)
Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
(d)
Perempuan Menurunkan Angka Kematian Anak
(e)
Meningkatkan Kesehatan Ibu
(f)
Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya
(g)
Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
(h)
Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan.
Dari
kedelapan langkah tersebut, terdapat satu langkah penting yang bagi medan
pendidikan merupakan kesempatan emas untuk berpartisipasi memanfaatkan bonus
demografi menjadi sebuah tantangan, yaitu “Mencapai Pendidikan Dasar untuk
Semua”. Langkah mencapai pendidikan dasar untuk semua dapat diartikan, bahwa
semua warga negara yang akan berada pada tahun 2045 harus disiapkan sejak saat
ini dengan bekal pendidikan dasar yang bermutu. Pendidikan dasar yang bermutu,
yaitu pendidikan dasar yang mampu membekali generasi emas kita mengubah
kesialan menjadi keuntungan.
Generasi emas kita dengan berbekal pendidikan
dasar yang bermutu diharapkan mampu mengubah paradok-sial, yaitu generasi yang
mampu mewujudkan bangsa ini sungguh-sungguh: kaya karena memiliki SDA yang
melimpah, besar karena memiliki wilayah dan pendudukyang besar dengan
produktivitas dan daya saing yang besar pula, kuat menghadapi tantangan global,
dan indah pengelolaanya sehingga indah pula potensi dan prospeknya. Untuk
mendukung terwujudnya pendidikan dasar yang bermutu, maka diantaranya kita:
harus mengandalkan SDM yang bermutu, berorientasi jangka panjang, mengutamakan
karya nyata, mengandalkan value added, menyukai kejujuran dan kebajikan, dan
menganggap jabatan sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau amanah yang
dimintai pertanggungjawaban di depan sang Khalik kelak di akhirat.
Momen mengubah bangsa ini menjadi kaya, produktif
dan daya saing besar, kuat, serta indah potensi dan prospeknya melalui
pendidikan dapat dilakukan diantaranya dengan menyempurnakan curriculum and
instruction. Curriculum and instruction atau kurikulum dan pembelajaran, bukan
bermaksud mengisolasi arti pendidikan yang luas, merupakan program dan metode
untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, wajar jika penyempurnaan
KTSP menjadi Kurikulum 2013 bernuansa untuk membekali Generasi Emas 2045 dengan
pendidikan dasar yang bermutu.
Anda baru saja membaca
0 komentar:
Posting Komentar